
Banyaknya film horor yang mengeksploitasi agama menuai kritik dari sejumlah pihak. Sutradara Gina S. Noer pekan lalu menyampaikan pendapatnya bahwa tidak masalah suatu film mengangkat tentang kepercayaan atau keyakinan dalam beragama. Namun, dia menyayangkan apabila para sineas menggunakan ritual agama yang suci untuk menciptakan ketakutan dan momen seram.
Kritik lainnya muncul dari Ketua Bidang Dakwah MUI Cholil Nafis. Kali ini dia khusus menyoroti film Kiblat. Ada sejumlah faktor yang membuat pihaknya tidak menyetujui penayangan film garapan sutradara Bobby Prasetyo itu. Walau sebetulnya, dia belum menonton film tersebut secara keseluruhan.
Namun, official poster film Kiblat dianggap melenceng dari judulnya dan menuai propaganda negatif. ’’Gambarnya seram, tapi kok judulnya kiblat, ya. Saya buka-buka arti kiblat hanya Kakbah, arah menghadapnya orang-orang salat,” kata Cholil di Instagram pribadinya, Minggu (24/3).
Dia mengecam penayangan film yang dibintangi Ria Ricis dan Arbani Yasiz itu. Sebab, menurut dia, penggunaan judul dan foto poster yang tidak sesuai tersebut bisa memengaruhi pandangan orang terhadap agama Islam. Dengan tegas, Cholil melarang film Kiblat untuk tayang. ’’Kalau ini benar, sungguh film ini tidak pantas diedarkan dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama. Maka, film ini harus diturunkan dan tidak boleh tayang,” seru Cholil.
Poster film Kiblat menampakkan potret perempuan mengenakan mukena dalam posisi kayang. Namun, jika dilihat sepintas, tampak seperti sedang melakukan gerakan salat atau rukuk. Cholil juga mengkritik keputusan para sineas yang kerap membuat film horor dengan bertema Islam. Dan, berani menyudutkan satu pihak tertentu untuk menarik minat publik alias promosi.
’’Sering kali reaksi keagamaan dimainkan pebisnis untuk meraup untung materi. Yang gini nggak boleh dibiarkan, harus dilawan. Dan, kalau menyinggung agama, biasanya malah nggak boleh ditonton,” tutur Cholil.
Bukan cuma MUI, pimpinan YPI Baitul Hikmah Hilmi Firdausi mengungkapkan hal serupa. Dia mengatakan, penggunaan judul atau lambang semacam itu pada poster justru membuat Islam seolah sebagai agama yang menakutkan. ’’Sama sekali tidak mendidik. Bahkan bikin orang jadi takut salat. Dulu hal sama terjadi pada sekuel film Makmum, Khanzab, dan sejenisnya,” papar Hilmi.
Selain poster dan judul, sinopsis film Kiblat dianggap terlalu sensitif. Yakni, mengisahkan perjalanan seorang anak perempuan yang mencoba keluar dari kesesatan. Sebab, akhirnya dia menyadari bahwa ilmu agama yang diturunkan oleh ayahnya itu melenceng jauh dan mengajarkan kesesatan.
Sejak isu penolakan tayang tersebut mencuat, tim rumah produksi dari Leo Pictures menarik seluruh materi promosi film Kiblat. Padahal, mereka telah merilis poster dan trailer di berbagai platform media sosial. Bahkan, mereka telah menggelar konferensi pers pada Kamis (21/3). Meski belum mengungkap tanggal pasti rilis, Leo Pictures memastikan film Kiblat tayang tahun ini. Terkait kritik yang mengalir, mereka belum mau memberikan komentar. (jpg)