Kepri, Posmetrobatam.co: Proyek strategis Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang segera dibangun. Pemprov Kepri menyiapkan anggaran Rp100 miliar melalui Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD tahun anggaran 2026.
“Sekarang, anggaran itu sedang dibahas bersama teman-teman di DPRD, tinggal menunggu persetujuan mereka (legislatif) saja,” kata Wakil Gubernur (Wagub) Kepri Nyanyang Haris Pratamura di Tanjungpinang, Sabtu (25/10).
Wagub Nyanyang mengatakan, Pemprov Kepri juga akan mendapatkan dukungan APBN melalui Kementerian Kebudayaan RI untuk pembangunan Monumen Bahasa Nasional tersebut, namun ia belum bisa menyampaikan besaran nominalnya.
Menurut dia, Pemprov Kepri telah menyiapkan Detail Engineering Design (DED) proyek monumen tersebut. Jika tak ada aral melintang, proses pembangunannya dimulai awal tahun 2026 dan ditargetkan rampung selama satu tahun berjalan.
Ia mengatakan Monumen Bahasa Nasional akan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Kepri, sekaligus pengingat sejarah penting lahirnya Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu yang merupakan buah pemikiran Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat.
“Monumen itu dibangun di kawasan Bukit Kursi Penyengat. Dari sana, kita bisa melihat pusat ibukota Tanjungpinang, Senggarang, Dompak bahkan Batam,” katanya.
Wagub Nyanyang menambahkan, pemprov turut melibatkan berbagai pihak untuk memberikan saran dan masukan supaya pembangunan monumen tersebut berjalan matang dan bermakna. Pihak-pihak dimaksud, antara lain Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri, kepala OPD, tokoh masyarakat, akademisi, serta sejumlah pemangku kepentingan terkait.
Ia menekankan pentingnya belajar dari pengalaman masa lalu agar proses pembangunan monumen ini tidak mengalami hambatan, seperti pembangunan yang sempat batal.
“Mari kita kawal bersama agar cita-cita mempertegas bahwa cikal bakal Bahasa Indonesia berasal dari Kepri dapat diwujudkan melalui monumen bahasa ini,” kata Nyanyang, menegaskan.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Budaya Wilayah IV, Jumhari mengatakan, dukungan penuh Kementerian Kebudayaan terhadap pembangunan Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat.
“Monumen ini tidak hanya simbolis, tapi juga harus memberi manfaat kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan aturan dan norma cagar budaya,” ujar dia.
Ia juga berharap tim ahli cagar budaya dan kementerian terkait dapat memberi dukungan sarana dan prasarana, termasuk perhitungan kebutuhan listrik dalam desain agar proses pembangunan lebih komprehensif.
Selain itu, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kepri Abdul Malik mengatakan, gagasan pembangunan monumen ini telah lama bergulir.
“Tahun 2009 kita datangkan pakar, dilanjutkan seminar pada 2010, semua merekomendasikan perlunya monumen yang mengabadikan jejak Raja Ali Haji dan peran Pulau Penyengat sebagai asal muasal Bahasa Indonesia,” ujar dia.
Abdul Malik mencontohkan di negara lain, seperti Turkmenistan bahkan sudah mendirikan monumen Raja Ali Haji.
“Dunia menghargai. Saatnya kita juga menunjukkan kepedulian terhadap bahasa dan budaya kita sendiri,” katanya.(ant)







