Netizen menemukan fakta lain yang mengejutkan. Presiden AFC saat ini, Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa, ternyata berasal dari Bahrain.
Sheikh Salman sudah menjabat sebagai presiden AFC sejak 2 Mei 2013 dan hingga kini masih menduduki posisi tersebut. Fakta bahwa orang nomor satu di AFC berasal dari Bahrain menambah bahan bakar spekulasi soal adanya ketidakadilan dalam laga antara Timnas Indonesia dan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Meski belum ada bukti konkret soal adanya intervensi atau kecurangan, wajar jika publik menaruh curiga. Situasi ini semakin memperkuat perasaan kecewa yang dirasakan oleh pendukung Timnas Indonesia.
Netizen Indonesia kembali menunjukkan kekuatan mereka dalam menyuarakan kekecewaan terhadap hasil pertandingan sepak bola.
Laga dramatis ini berlangsung pada Kamis, 10 Oktober 2024, saat Indonesia bertandang ke markas Bahrain untuk melakoni matchday ketiga Grup C. Meski pertandingan berlangsung seru, hasil akhir memunculkan berbagai kontroversi yang tak bisa diabaikan.
Bahrain mengawali pertandingan dengan dominasi, unggul lebih dulu lewat gol Mohamed Marhoon pada menit ke-15. Indonesia sempat tertekan oleh serangan-serangan Bahrain yang lebih agresif dalam penguasaan bola.
Namun, Timnas Indonesia tidak tinggal diam dan mampu membalikkan keadaan. Ragnar Oratmangoen mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-45+3, memberikan harapan bagi skuad Garuda.
Indonesia kemudian berbalik unggul pada menit ke-74 lewat gol spektakuler dari Rafael Struick. Aksi solo Struick membuat Indonesia unggul 2-1, sebuah momentum yang membuat Garuda di ambang kemenangan bersejarah.
Namun, momen ini justru menjadi awal dari rentetan keputusan kontroversial. Wasit Ahmed Al-Kaf asal Oman terus melanjutkan pertandingan hingga tambahan waktu yang dirasa berlebihan.
Sesuai aturan, injury time hanya diberikan 6 menit. Tetapi, pada menit ke-90+9, Bahrain berhasil mencetak gol penyama kedudukan, sekali lagi lewat aksi Mohamed Marhoon.
Keputusan wasit untuk terus melanjutkan pertandingan hingga gol Bahrain tercipta tentu saja menimbulkan protes besar dari suporter Indonesia. Netizen menilai bahwa wasit seolah hanya menunggu hingga Bahrain mencetak gol sebelum meniup peluit akhir.
Wasit Ahmed Al-Kaf menjadi sasaran kritik tajam di media sosial. Netizen Indonesia menganggap wasit tersebut terlalu sering memberikan pelanggaran kepada Indonesia meskipun kontak fisik yang terjadi tergolong minim.
Selama pertandingan, Indonesia tercatat melakukan 27 pelanggaran, angka yang dinilai tidak masuk akal jika dilihat dari intensitas benturan yang terjadi di lapangan. Al-Kaf dinilai sangat bias dalam memimpin pertandingan.
Keputusan paling kontroversial dari wasit adalah perpanjangan waktu yang diberikan di akhir pertandingan. Seharusnya pertandingan berakhir pada menit ke-90+6, namun Al-Kaf melanjutkan hingga Bahrain berhasil mencetak gol pada menit ke-90+9.
Kecurigaan mengenai keputusan wasit ini semakin kuat ketika netizen menemukan bahwa Al-Kaf berasal dari Oman, yang berada di bawah federasi yang sama dengan Bahrain, yakni West Asian Football Federation (WAFF). Ini menimbulkan spekulasi adanya keberpihakan dalam kepemimpinan wasit.
Meski begitu, secara aturan, AFC memang hanya melarang penunjukkan wasit dari negara yang berada dalam satu grup, sehingga secara teknis, penunjukan Ahmed Al-Kaf tidak melanggar aturan. Namun, dugaan bias tetap tak terbendung di kalangan suporter Indonesia.
Bagaimanapun, hasil akhir pertandingan tidak bisa diubah. Timnas Indonesia harus puas dengan hasil imbang 2-2 di kandang Bahrain, meski ada banyak faktor yang dirasa tidak adil.
Kini, Indonesia harus mengalihkan fokusnya ke laga selanjutnya melawan Tiongkok pada 15 Oktober 2024. Timnas Garuda masih berpeluang besar untuk mengamankan poin dan memperbesar peluang lolos ke babak selanjutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dengan segala kekecewaan yang ada, masyarakat Indonesia berharap Timnas dapat belajar dari pertandingan melawan Bahrain. Tetap semangat Garuda, masih ada peluang besar di depan. (jpg)