Salah satu kenangan masa kecil yang paling melekat bagi banyak orang adalah buku pelajaran mengaji, atau yang dikenal dengan nama buku Iqro’.

Di balik sampulnya yang sederhana, terpampang gambar seorang lelaki tua berkacamata dengan paras kurus, mengenakan jas hitam dan peci.

Dia adalah KH As’ad bin Humam, penemu buku dan metode Iqro’. Mengutip laman Laduni, Senin (18/3), KH As’ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933 M/1352 H, dengan nama As’ad saja. Sedangkan nama Humam merupakan nama ayahnya, KH Humam Siradj.

KH As’ad Humam ialah anak kedua dari tujuh bersaudara yang besar di lingkungan Muhammadiyah. KH As’ad Humam menyelesaikan pendidikannya di SD Muhammadiyah Kleco, SMP Negeri di Ngawi, lalu SMA di Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

KH As’ad Humam juga sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak yang diasuh oleh KH R. Abdul Qadir Munawwir.

BACA JUGA:  Viral, Turis Asal Indonesia Rusak Sakura di Jepang

Namun, KH As’ad Humam terpaksa menghentikan pendidikannya saat kelas II Mu’allimin. Itu disebabkan oleh kecelakaan saat memanjat pohon pada tahun 1963 yang mengakibatkan penyakit pengapuran tulang belakang.

Penyakit tersebut membuat KH As’ad Humam harus menjalani perawatan intensif selama satu setengah tahun di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.

Selain itu, KH As’ad menjadi tidak bisa bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya. Bahkan, dalam kesehariannya, KH As’ad Humam harus melaksanakan sholat dengan posisi duduk lurus, tanpa bisa melakukan ruku’ atau sujud.

Pada tahun 1961, KH As’ad Humam menikah dengan Chuzaimah yang berasal dari Jember, Jawa Timur. Dari pernikahan itu, lahir dua putri bernama Khaelesa dan Espeerde Mandaati.

KH As’ad Humam kemudian menikahi Iskilah binti Hasan Mursyid dari Bantul. Dari pernikahannya ini, KH As’ad Humam dikaruniai empat anak, yaitu Erweesbe Maimanati, Sri Repsa Khanifati, Ahmad Syahadatan, dan Ana Markhamah.

BACA JUGA:  Tiba-tiba Pria Pakaian Serba Hitam Masuk Vihara di Batam dan Merusak, Ini Ciri-ciri Pelaku

KH Asad Humam mulanya berdagang di Pasar Bringharjo, Yogyakarta. Pekerjaan tersebut lantas membuatnya dekat dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi, pencetus metode Qiroati.

Tahun 1975, KH As’ad Humam mulai bereksperimen dan mengembangkan metode Qiroati yang diciptakan oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi.

Namun, karena gagasannya seringkali ditolak oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi, KH. As’ad Humam pun bekerjasama dengan Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (AMM) Yogyakarta untuk menyusun metode baru pembelajaran Al-Qur’an, yakni metode Iqro’.

Metode Iqro’ yang dirintis oleh KH. As’ad Humam semula hanya beredar secara lisan atau melalui cerita dari mulut ke mulut. Namun, berkat kerja keras Tim Tadarus AMM Yogyakarta, metode ini akhirnya populer di kalangan masyarakat Indonesia bahkan di kancah internasional.

Sebagai bentuk nyata kesuksesan metode Iqro’, dibangunlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) AMM pada tahun 1988. Tahun berikutnya, didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) AMM Yogyakarta.

BACA JUGA:  Apartemen jadi Tempat Judi Daring di Batam, 11 Orang Dibekuk Polisi Termasuk Owner

Pencapaian KH. As’ad Humam dalam pengembangan metode Iqro’ telah mendapat pengakuan tidak hanya di tingkat nasional, melainkan juga internasional.

Pada tahun 1991, Menteri Agama RI, KH Munawir Sjadzali MA., mengangkat TKA/TPA yang dibangun oleh KH As’ad Humam sebagai pusat penelitian dan pengembangan LPTQ Nasional.

Sejak saat itu, metode Iqro’ telah tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia dan bahkan hingga ke luar negeri, seperti di Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Arab Saudi, hingga Amerika.

KH As’ad Humam meninggal dunia pada Jumat, 2 Februari 1996, di Yogyakarta pada usia 63 tahun. Jenazah KH As’ad Humam disholatkan di Masjid Baiturahman, Selokraman, Kota Gede, Yogyakarta, tempat dimana ia telah memberikan pengabdian sepanjang hidupnya. (jpg)