Bintan, Posmetrobatam.co: Septi Lestari (40), janda empat anak yang merupakan warga RT 1/RW 1, Kampung Jago, Desa Lancang Kuning, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, mendadak viral, setelah diberitakan tinggal di rumah reot oleh salah satu media lokal di Bintan.
Spontan, hal ini mengundang perhatian Wakil Direktur RSJKO EHD Tanjunguban, Budiyanto.
Pada Kamis (17/7), Budiyanto, bersama sejumlah staf RSJKO EHD Tanjunguban, mengunjungi kediaman Septi. Kedatangan Budiyanto dan Staf RSJKO EHD Tanjunguban juga didampingi Ketua PWI Bintan, Harjo Waluyo dan juga beberapa anggotanya.
Tujuan kedatangan rombongan tak lain adalah memberikan bantuan sembako sekaligus memberikan bantuan cek kesehatan.
Menurut Septi di depan rombongan RSJKO dan juga PWI, dirinya sudah setahun yang lalu ditinggal suami.
Sejak itu, ia dan keempat anaknya, hidup serba kekurangan. Bahkan, anak perempuannya, Hesti yang sudah menginjak bangku SMA, tak mau lagi melanjutkan pendidikannya. Hesti memilih putus sekolah, dan bekerja serabutan, demi membantu perekonomian keluarga.
Melihat kondisi ini, warga sekitar tempat tinggal Septi, coba peduli dengan memberikan bantuan biaya sekolah untuk Hesti.
Tapi, usaha warga tak berhasil. Hesti tetap memilih putus sekolah. Bahkan, dia sempat kabur saat dipaksa harus melanjutkan sekolah.
Di sisi lain, warga menilai, Septi yang disinyalir depresi, tak peduli dengan anak-anaknya.
“Sepertinya dia depresi. Setiap hari anaknya tidak dipedulikan. Main di parit dibiarkan. Tidak pakai baju juga tidak dipedulikan Septi. Saban hari, Septi hanya main HP. Bahkan, anak-anaknya juga tak dipedulikan sudah makan atau belum,” kata tetangga Septi di depan rombongan RSJKO dan juga PWI Bintan.
“Saya nggak tahu apa yang ada di pikiran Septi. Sepertinya Septi butuh bimbingan konseling atau butuh psikiater. Katanya Septi janji mau curhat dengan saya tapi nyatanya tidak ada sampai sekarang. Ada beban masalah yang dia pendam sendiri. Pernah juga mau melakukan percobaan bunuh diri,” ungkap perempuan ini, yang merasa tersinggung ketika dituding sebagai tetangga yang tak peduli dengan keluarga Septi.
Sementara itu, dua anak lainnya masih duduk di bangku SMP Kelas 1 dan SD Kelas 3. Sedangkan anak bungsunya, Faizen Satriawan baru berusia 3 tahun.
Ditanya soal rumah tinggal, kata Septi, bangunan rumahnya itu berdiri di atas lahan milik orang tua angkatnya.
Dulu, bangunan tempat tinggalnya itu adalah hasil bantuan bedah rumah dari pemerintah tapi belum beres sepenuhnya, karena tak ada biaya untuk meneruskan bangunannya.
Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, Septi hanya mengandalkan hasil dari kebun kelapa sekitar rumahnya yang tak seberapa. Ia hanya bisa dapat uang Rp300 ribu dari hasil panen bulanan. Ditambah bantuan tunai dari pemerintah, serta pekerjaan serabutan mencuci pakaian tetangga. Kalau ditotal, pendapatan Septi setiap bulan sekitar Rp1juta.
Sementara itu, Wakil Direktur RSJKO EHD Tanjunguban, Budiyanto mengatakan, pihaknya siap memberikan pendampingan atau konsultasi untuk Septi.
Menurut Budiyanto, pihaknya tidak bisa memberikan kepastian apakah Septi mengalami gangguan kejiwaan atau tidak.
“Kita terbuka, menerima Septi jika membutuhkan bantuan untuk konseling. Di RSJKO EHD Tanjunguban, ada dokter khusus yang menanganinya. Silakan datang kapan saja ke RSJKO EHD Tanjunguban,” tandasnya.(aiq)