BATAM, POSMETROBATAM: Dominasi lelaki suka lelaki (LSL) menjadi tren penyumbang pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Hal ini berdasarkan data presentase OD HIV di Kepri kelompok risiko 2023 yakni LSL sekitar 33 persen, Pekerja Komersial 21 persen, dan Ibu Hamil (Bumil) 15 persen.
Mengenai hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Didi Kusmarjadi angkat bicara, Senin (28/8). Katanya, bukan hanya terjadi di Kota Batam, namun hampir di daerah lain juga ditemukan kasus sepert ini.
“Kalau, LSL itu lebih ke gaya hidup dan pengaruh sosial budaya hingga pergaulan. Kita tidak tahu detail kenapa trend LSL, ini muncul dan mendominasi kasus HIV. Ini bukan terjadi saja di Batam tapi hampir di semua daerah,” jelasnya.
Masih katanya, usia yang rentan masuk kategori LSL ini cukup relatif muda dan produktif berkisar 20 tahun.
Pemerintah dalam hal ini, lebih fokus kepada tindakan preventif atau pencegahan dan pengobatan pada pasien yang sudah terpapar virus mematikan ini.
“Saat ini kita fokus pada tindakan pencegahan dan pengobatan. Rentan kelompok umum terpapar virus ini 20-50 tahun an,” beber dia.
Fenomena LSL ini menjadi perhatian Dinkes Batam. Pihaknya rutin memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai HIV/AIDS, penjelasan mulai dari penyebab, risiko, dan bahaya penyakit menular tersebut.
“Jadi kami edukasi sedini mungkin. Bahkan dari jenjang SMA kami sudah konsentrasi sekarang untuk disosialisasikan. Karena, trend LSL ditemukan banyak kasus,” ujar Didi.
Dinkes memberikan edukasi mengenai bahaya dari virus ini. Sehingga bagi mereka yang bersiap memasuki usia produktif harus paham. Sehingga bisa menjaga diri mereka agar tidak terpapar virus ini.
“Mencegah itu lebih baik dimulai sedini mungkin. Salah satunya sosialisasi kepada siswa di jenjang SMA sederajat ini,” katanya.
Pihaknya, juga rutin mengambil sampel di beberapa tempat yang berisiko tinggi. Misalnya, tempat hiburan yang ada di Batam. Pihaknya berkoordinasi dengan LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS ini, untuk pengambilan sampel.
“Kami menyasar kelompok berisiko tinggi. Hal ini juga merupakan langkah pendataan, dan dilakukan pencegahan penyebaran. Selain itu kami menyarankan mereka yang terpapar untuk mendapatkan pengobatan. Kalau sudah terpapar HIV kami berupaya mengobati dan mengendalikan virus ini, agar tidak menjadi AIDS,” jelasnya.
Dinkes bertugas memberikan perlindungan, dengan memaksimalkan pengobatan, bagi mereka yang terpapar virus HIV/AIDS ini.
“Obat itu, bersifat memperlambat perkembangan virus, jangan sampai HIV itu menjadi AIDS,” pesan Didi.
Sementara, kasus HIV Positif berdasarkan umur di Kepri periode Januari-Juni 2023, yang tertinggi di usia 25-49 sebanyak 259 kasus atau 72 persen dan usia 20-24 sekitar 45 kasus atau 12 persen. Jenis kelamin didominasi oleh kaum laki-laki sebanyak 70 persen, sisanya 30 persen perempuan.
Sedangkan, angka kasus HIV per kabupaten/kota di Kepri periode Januari-Juni tahun 2023 paling tinggi kasusnya ada di Batam dari data secara kumulatif 9.550 sedangkan kasus baru sebanyak 245 kasus. Lalu, Tanjungpinang secara kumulatif mencapai 2.290 kasus, untuk kasus baru 52. Kemudian, Karimun secara kumulatif 1.945 kasus, sedangkan kasus baru 18 kasus.
Berikutnya, Bintan secara kumulatif sekitar 333 kasus, untuk kasus baru 12 kasus. Lingga secara kumulatif 17, kasus baru nol. Selanjutnya, Kepulauan Anambas jumlah kumulatif nya ada 22 kasus, kasus baru nol. Sementara, Natuna sekitar 38 kasus secara kumulatif, kasus baru nol. Total dari keseluruhan dari 7 Kabupaten/Kota di Kepri secara kumulatif mencapai 13.745 kasus, sementara kasus baru sebanyak 327.(hbb)