Melihat Selamatan Kampung Malam 1 Suro di Desa Sri Bintan KM 50

178

Bintan, Posmetrobatam.co: Kampung Sidorejo dan Kampung Pasiran, Desa Seri Bintan, Kecamatan Telok Sebong, KM 50, menggelar acara peringatan Tahun Baru Islam, 1 Muharram, atau lebih dikenal dengan malam 1 suro, Kamis (26/6) pukul 20.00 WIB.

Acara, berlangsung cukup meriah. Para sesepuh kampung, tokoh masyarakat, laki-laki, perempuan, tua muda, anak-anak, berkumpul di pertigaan jalan Kampung Sidorejo.

Mereka menggelar tikar di sepanjang pertigaan jalanan aspal kampung itu.

Lampu-lampu teplok (pelita) yang  menghiasi jalanan tempat dilaksanakannya acara, menambah keindahan suasana malam.

Sesepuh Kampung Pasiran, Katimin yang ditemui Posmetrobatam.co di sela-sela acara, mengatakan, acara peringatan malam 1 suro ini, sudah dipersiapkan seminggu yang lalu.

“Seminggu jelang malam 1 Suro/ 1 Muharram, warga Kampung Pasiran dan Kampung Sidorejo Desa Sri Bintan km 50, rapat. Kami sepakat menggelar acara peringatan malam 1 suro.Tepatnya 26 Juni, pukul 19.30 WIB malam ini,” sebut Katimin.

Masih menurut Katimin, biasanya, para tetua kampung, menamai acara ini sebagai acara selamatan kampung, untuk  tolak balak.

Pada tahun-tahun sebelumnya, acara peringatan malam 1 suro ini hanya dibuat di rumah masing-masing.

“Tapi tahun ini kita coba kumpulkan warga dari dua kampung, berkumpul di pertigaan jalan Kampung Sidorejo ini,” jelas Katimin, serius.

BACA JUGA:  Ansar Buka Rakornas KPI se-Indonesia, Momen Penting Menjaga Kedaulatan NKRI

Soal makanan khas yang disajikan di malam 1 suro, Katimin menyebutkan, ada tumpeng nasi kuning, bubur tolak balak, serta ayam ingkung.

Apakah itu sesajen?
“Bukan sesajen,” tepis Katimin. Katimin ingin mempertegas, tumpeng, bubur tolak balak dan ayam ingkung itu, pada dasarnya bukan sesajen. Tapi, sebuah bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Makanan itu, kita makan bersama, ramai-ramai. Kita berharap, setelah acara selamatan kampung ini, ke depannya, warga Kampung Sidorejo dan Kampung Pasiran selalu diberi keberkahan, keselamatan dalam segala hal. Terlebih lagi, kita juga dijauhkan dari segala macam balak,” jelas Katimin penuh antusias.

Lebih lanjut, Katimin menjelaskan,
persiapan acara, dimulai sejak pagi jam 07.00 WIB.

“Ada pembagian tugas untuk bapak-bapak dan ibu-ibu. Ibu-ibunya masak. Bapak-bapaknya, pasang tenda, dan keperluan lain di lokasi acara,” sebut Katimin lagi.

Jam 18.30 WIB, warga dua kampung (kampung Pasiran dan Kampung Sidorejo-red) usai salat Maghrib membaca surat Yasin bareng di Masjid dan Mushola terdekat.

Selepas itu, mereka berbondong-bondong menuju pertigaan jalan. Sekitar jam 20.30 WIB, selamatan kampung tolak balak itu pun dimulai.

BACA JUGA:  Panorama Wisata Antar Pulau dari Nongsa Menuju Pulau Putri

Tak ada ritual khusus di acara ini. Hanya saja, bau kemenyan yang begitu khas, menyebar di lokasi acara.

Di sisi lain, kata Katimin, malam 1 suro ini perlu dibuat acara selamatan kampung. Sebab, menurut kepercayaan Jawa, bersamaan dengan malam 1 suro ini, barang-barang ghaib dan makhluk ghaib itu berkeliaran dimana-mana.
“Dalam arti lain, di malam 1 suro ini, menurut kepercayaan orang Jawa, dunia makhluk ghaib terbuka lebar. Maka dari itu, di malam 1 suro ini, ada pantangan khusus yang tak boleh dilakukan oleh manusia dunia nyata. Tak boleh bepergian jauh, tak boleh ngomong kasar atau bicara yang jelek-jelek. Tak boleh marah-marah.” Jelasnya detail.

“Sebagian orang Jawa kuno, meyakini kalau malam 1 suro ini, harinya Nyai Roro Kidul. Maka dari itu, dilarang melakukan atau bicara hal-hal yang buruk,” cerita Katimin penuh antusias.

Sugiyanto, tokoh masyarakat yang juga sebagai Ketua Panitia Peringatan Malam 1 Suro, menjelaskan bahwa acara peringatan malam 1 suro ini, bukan acara yang pertama kali digelar.

BACA JUGA:  Pemda Natuna dan BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Sinergi di Sektor Jasa Konstruksi

“Hampir setiap tahun, warga selalu mengadakan acara peringatan malam 1 suro seperti malam ini. Tapi kebanyakan diadakan di rumah masing-masing. Tahun ini, warga dua kampung, sepakat menggelar acara bareng, di satu lokasi. Ada 200-an warga ikut bergabung di acara malam 1 suro ini,” ungkapnya.

Perlu ditegaskan Sugiyanto, acara ini bukan acara syirik, dengan memberikan sesajen atau makanan kepada makhluk ghaib.

“Memang, di sisi lain, menurut kepercayaan orang Jawa, malam 1 suro itu, malam sakral, malam keramat. Tapi perlu diingat, dengan menggelar acara ini, kita mengucap syukur atas berkah dan rejeki yang selama ini diberikan sama Allah SWT,” jelasnya.

Di kesempatan ini, Sugiyanto menambahkan bertema Nguri-Uri Budoyo, ia ingin tetap melestarikan budaya kampung.

“Kita ingin, meski sudah merantau bertahun-tahun di tanah Melayu, setidaknya budaya Jawa tidak hilang begitu saja, di tanah perantauan. Makanya warga dua kampung langsung setuju saat diadakan peringatan malam 1 suro, dengan adat budaya Jawa,” paparnya lagi.

Warga pun diajak begadang sampai pagi (lek-lek-an) di pertigaan lokasi acara, sembari menyaksikan pertunjukan wayang, dan juga mendengarkan musik-musik khas Jawa.(aiq)