Museum yang berada di kawasan pusat Pemerintah Kota Batam ini memiliki koleksi sejarah berdirinya Pulau Batam. Sumber histori yang ada di dalam museum ini terdapat masa sultan-sultan selama memimpin zaman dahulu.
Melalui museum inilah generasi yang ada saat ini dapat datang dan bisa lebih memahami sejarah berdirinya suatu wilayah. Bagaimana zaman kerajaan dulu hingga sampai era seperti sekarang.
Sejarah tentang keberadaan Kota Batam tercatat di Museum Raja Ali Haji. Ada beberapa koleksi peninggalan sejarah yang ada di sini. Untuk masuk ke museum kamu tidak dipungut biaya alias gratis. Pengunjung tinggal scan QR sebagai data tamu yang berkunjung.
Saat masuk museum, pengunjung akan disajikan dengan beragam koleksi peninggalan kesultanan zaman dulu yang dipajang di setiap sudutnya. Bahkan, saat masuk Museum Raja Ali Haji, pengunjung akan terpana dengan sosok gagah sketsa hitam putih almarhum Raja Isa/Nong Isa. Salah satu penguasa dan orang yang pertama merintis cikal bakal Pulau Batam yang saat ini menjadi Kota Batam.
Setelah puas melihat sosok Raja Isa, pengunjung dapat melihat koleksi peninggalan zaman sultan-sultan masa kerajaan Riau-Lingga. Di sudut ruangan ada cogan asli peninggalan Kesultanan Riau Lingga, Johor, dan Pahang.
Cogan ini merupakan salah satu alat kebesaran atau regalia yang dimiliki Kerajaan Riau-Lingga- Johor- Pahang yang pada masa wilayahnya mencakup Kepulauan Riau, Riau, Jambi hingga ke Malaysia, dan Singapura. Cogan berfungsi sebagai simbol, emblem, lambang dan tombak kebesaran kerajaan pada masanya. Cogan ini adalah regalia, di zaman dulu ini salah satu kebesaran kesultanan.
Ada juga batu bata buatan pabrik pertama di Batam yang didirikan oleh Raja Ali Kelana bersama seorang pengusaha kaya dari Singapura bernama Ong Sam Leong, sekitar tahun 1896 silam.
Selanjutnya, pengunjung bisa melihat masa zaman Belanda. Di mana negara kincir angin tersebut masuk ke Pulau Batam. Lalu, ada juga masa Jepang. Pajangan sepasang meriam yang sudah tua menjadi daya tarik. Ada juga koper besi yang dulunya digunakan saat berpergian. Ada juga koleksi tiga jam berukur besar merek Seiko yang dulunya didipasang di Simpang Jam.
Setiap dinding museum ada tertulis sejarah negara-negara yang masuk ke Batam. Hingga, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, Ibnu Sutowo, BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.
Selain menjadi objek wisata, museum ini juga sebagai media edukasi masyarakat khususnya para pelajar. Tentunya, untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Batam dari masa ke masa.
Perlu diketahui museum yang terletak di Dataran Engku Putri, Batam Center ini, sudah meraih sertifikat tipe B dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Museum Raja Ali Haji dibuka untuk umum dari hari Selasa-Minggu, dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB.
Jadi, mari kenali sejarah Kota Batam dengan mengunjungi Museum Raja Ali Haji. Pengunjung bisa leluasa berkeliling. Sebelumnya, gedung ini adalah Astaka MTQ ke-25 tingkat nasional yang digelar di Kota Batam di tahun 2014 silam. Kemudian, bangunan ini disulap menjadi museum yang koleksi diisi dari zaman kerajaan hingga masa pemerintahan saat itu.
Nah, kalau mengunjungi Kota Batam, Kepulauan Riau, kamu harus singgah ke destinasi wisata satu ini. Museum Raja Ali Haji, yang berada di Dataran Engku Putri, Batam Centre. Museum yang terletak di pusat kota ini, lebih tepatnya di depan selter Bus Trans Batam, Hotel Harris Batam Centre, dan Pelabuhan Internasional Batamcentre.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad telah menetapakan museum ini sebagai Destinasi Pariwisata, Kawasan Strategis Pariwisata dan Daya Tarik Wisata Provinsi Kepri. Menurut Ansar, diperlukan penentuan wilayah pariwisata dan daya tarik wisata agar pengembangan yang dilakukan dapat lebih terarah. “Serta untuk mengangkat dan melindungi nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat,” ujarnya kepada wartawan baberapa waktu lalu.(Habibi)