POSMETROBATAM: Thailand resmi memiliki pemimpin baru setelah melakukan pemilihan perdana menteri pada Selasa (22/8). Sosok yang terpilih yakni raja real estate Srettha Thavisin setelah mendapat dukungan besar dari anggota parlemen. Terpilihnya PM yang baru membuka jalan untuk memulai pemerintahan koalisi baru dan mengakhiri ketidakpastian dan kebuntuan politik selama berminggu-minggu.
Srettha Thavisin saat ini berusia 61 tahun dan berasal dari partai Pheu Thai, mendapat dukungan lebih dari setengah anggota parlemen. Ia terpilih di hari yang sama ketika tokoh miliarder dan pendiri partai Pheu Thai, Thaksin Shinawatra kembali ke Thailand setelah berada di pengasingan menghindari hukuman selama 15 tahun.
“Satu-satunya musuh saya adalah kemiskinan dan ketidaksetaraan. Tujuan saya adalah untuk meningkatkan kehidupan semua warga Thailand,” ujar Shretta Thavisin dikutip dari Reuters.
Pemungutan suara pada Selasa (22/8) berhasil dilakukan dengan dukungan dari anggota parlemen pro-militer yang telah memblokir partai pemenang pemilu Move Forward untuk membentuk pemerintahan.
Pihak konservatif melihat Srettha Thavisin dan partai Pheu Thai yang menempati posisi kedua dalam pemilu, lebih cocok. Partai tersebut telah membuat perjanjian dengan musuh lamanya, yang kini merupakan partai pro-militer untuk membentuk pemerintahan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara.
Ketika Shretta Thavisin, seorang pengusaha ramah yang tidak memiliki pengalaman administratif, diumumkan sebagai calon perdana menteri Pheu Thai, partai tersebut memfokuskan pada ketajaman bisnisnya dan lebih jauh lagi, kemampuannya dalam mengelola perekonomian yang sedang mengalami pemulihan tentatif dari pandemi Covid-19.
Shretta Thavisin berasal dari sebuah keluarga dengan koneksi mendalam di kalangan elite bisnis. Ia memulai kariernya di Procter dan Gamble cabang Thailand setelah mendapat gelar ekonomi dan manajemen di Amerika Serikat. Pada tahun 1990, bersama beberapa sepupunya, ia mendirikan perusahaan yang kemudian menjadi pengembang properti Sansiri, yang akhirnya mengembangkannya menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Thailand.
Dikutip dari Time Magazine, pada tahun 2022, Sansiri yang terdaftar di Bangkok membukukan pendapatan sebesar 34,9 miliar baht setara 1,01 miliar US Dollar dan laba bersih 4,2 miliar baht. Saham pengembang tersebut naik lebih dari 8 persen di Bangkok pada hari Selasa (22/8) menuju sesi terbaiknya dalam hampir tujuh bulan.
Seorang kolega partai dan dua rekan bisnis menggambarkan Srettha Thavisin sebagai pria yang jujur yang tidak akan takut untuk mengungkapkan pikirannya.
“Dia belum benar-benar beradaptasi menjadi politikus. Begitu banyak politisi yang merasa tidak nyaman berada di dekatnya, mereka takut tidak dapat mengontrol atau mempengaruhinya,” jelas seorang rekannya.
Meski dia mungkin tidak terbebani oleh kewajiban politik, pada saat yang sama ia tidak memiliki basis dukungan politik baik di dalam partai maupun masyarakat luas. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana Srettha Thavisin bisa menjadi dirinya sendiri terutama dengan sosok Thaksin yang kini kembali dari pengasingan dan sampai batas tertentu kembali ke panggung politik. (Jp Gorup)