PENGAMANAN konser musik menjadi topik diskusi di berbagai platform media sosial (medsos) beberapa waktu lalu. Yang paling memantik pro dan kontra adalah konser musik rock dan metal. Ada kalangan yang menganggap moshing, stage diving, dan crowd surfing membahayakan.
Dari atas panggung, Stephanus Adjie mengaku sangat sering melihat tindakan represif pihak keamanan kepada penonton. Khususnya penonton yang moshing atau melakukan crowd surfing. Tak sekadar teriakan atau peringatan, kadang pemukulan atau menahan penonton juga dilakukan.
Di mata Adjie, para penonton itu hanya ”bersenang-senang”. Tidak ada unsur anarkistis atau niat memantik kegaduhan dalam kerumunan saat mereka moshing atau beramai-ramai crowd surfing. ”Pengalaman saya saat menjadi penonton konser atau festival musik di luar negeri, petugas keamanannya sangat memahami aksi semacam itu sebagai bagian dari euforia penonton konser,” beber vokalis band metal Down for Life tersebut kepada Jawa Pos pekan lalu.
Petugas keamanan, imbuh Adjie, sama sekali tidak melakukan tindakan represif. Mereka mengawasi penonton yang terlihat sangat menikmati konser sembari moshing dan crowd surfing sepanjang acara. ”Petugas memperlakukan para penonton secara manusiawi. Jika ada yang terlihat membahayakan, justru dipegang agar tidak terluka, bukan malah melakukan kekerasan,” paparnya.
Pengalaman itu lalu diterapkan Adjie saat menjadi Dewan Jenderal Rock in Solo mulai 2022. Dia sengaja membentuk tim khusus untuk mengamankan penonton yang moshing atau crowd surfing. Tujuannya adalah menciptakan konser musik cadas yang ramah euforia penonton. ”Kami membentuk tim pengamanan bernama Crowd Brigade,” kata lelaki yang gemar mengoleksi jersey itu.
Crowd Brigade dibentuk dari para suporter Persis Solo yang bernama Ultras 1923. Tidak asal comot, Adjie pun menyeleksi para personel sesuai kapasitasnya. ”Terutama masalah fisik dan emosi. Yang kami butuhkan adalah personel dengan fisik kuat dan emosi stabil,” terangnya.
Saat itu ada sekitar 20 orang yang menjadi personel Crowd Brigade. Begitu pergelaran musik berlangsung, mereka terbagi menjadi dua kelompok. Setiap stage dijaga 10 personel. Hasilnya? Rock in Solo menjadi konser musik rock yang paling akomodatif menjamu kerumunan moshing dan crowd surfing.
Adjie mengaku tidak memberikan pembekalan khusus kepada Crowd Brigade. Selain soal fisik dan emosi, sebagian besar personel memang punya ilmu bela diri. Yang dilakukan Adjie sebelum perhelatan adalah meminta Crowd Brigade menonton video-video pilihannya di YouTube terkait pengamanan event musik rock yang penontonnya terus-terusan moshing dan beberapa kali diselingi crowd surfing.
Karena mayoritas personel adalah penggemar musik rock, Crowd Brigade pun secara wawasan juga paham akan kebutuhan penonton. Apalagi, mereka juga sering datang ke konser atau festival rock. ”Jadi, mereka sudah hafal dengan kebiasaan penonton di moshpit,” tuturnya.
Crowd Brigade belum sempurna. Adjie mengatakan bahwa tim tersebut masih berproses hingga kini agar bisa memberikan layanan keamanan yang lebih ramah penonton. ”Situasi yang dihadapi juga selalu berbeda-beda di moshpit. Selain crowd surfing, ada wall of death, jump the fuck off, sampai violence dance. Tentu semua itu butuh penanganan yang berbeda,” ungkapnya.
Beto, personel Crowd Brigade, menyatakan bahwa hal yang paling penting untuk dipersiapkan sebelum konser adalah stamina. Berdiri di depan panggung, menghadapi moshpit atau area yang digunakan penonton untuk moshing, Crowd Brigade harus pandai menahan diri. Juga jeli mengawasi pergerakan orang-orang yang ada dalam kerumunan. ”Jadi, ketika barikade dientak, kami harus siap. Dan itu menguras stamina,” katanya.
Saat bertugas di barisan depan, Beto juga harus siap menghadapi penonton yang karakternya macam-macam. Ada sebagian penonton yang merasa bahwa jika diamankan oleh Crowd Brigade, mereka tidak akan bisa lanjut menonton konser atau moshing lagi. Karena itulah, mereka cenderung melawan. ”Ya seperti itu yang kadang-kadang menyulitkan. Mau diamankan supaya tidak celaka dan membahayakan yang lain, malah melawan,” ucapnya. (jpg)