Dinihari itu, masih gelap. Suasana mendadak tegang. Beberapa pemuda berseragam militer tiba-tiba datang. Mengacungkan senjata dan meminta penghuni rumah untuk ikut bersama mereka.

Kejadian ini oleh penghuni rumah, disebut sebagai peritiwa penculikan. Penghuninya, adalah seorang Bapak Proklamator RI, Soekarno. Situasi ini digambarkan Soekarno, seperti dilansir dari situs Ensiklopedia Indonesia.

Persisnya dinihari yang masih gelap itu, Kamis pagi, 79 tahun yang lalu. 16 Agustus 1945. Golongan muda yang datang itu, menjemput Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke markas PETA di Rengasdengklok, sebuah kota kecil di sebelah utara Jakarta.

Golongan muda ini berdalih hendak melindungi Soekarno dan Hatta karena dikhawatirkan akan terjadinya pemberontakan dan peperangan antara PETA dengan sisa-sisa tentara Jepang.

Dilansir dari situs Ensiklpoedia Indonesia, golongan muda ini adalah mereka yang menghendaki agar proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan, tanpa melibatkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

BACA JUGA:  PPLN Kuala Lumpur Buron Serahkan Diri, Disidang di PN Jakpus

Soekarno dan Hatta sendiri menyadari bahwa dibawanya mereka ialah sebagai upaya untuk membujuk agar sepakat bersama golongan muda, untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin.

Soekarno sendiri menyebut peristiwa ini sebagai penculikan, sebab pada pagi dini hari ketika masih gelap, para pemuda yang berseragam militer itu tiba-tiba datang ke kediamannya.

Para pemuda tersebut digambarkan Soekarno, mengacungkan senjata dan meminta agar dia mau ikut serta dengan mereka.

Pemilihan Rengasdengklok sebagai lokasi pengamanan Soekarno dan Hatta juga didasari atas pertimbangan taktik militer.

Daerah Rengasdengklok dianggap bebas dari kekuasaan dan pengawasan pihak pemerintah militer Jepang serta strategis untuk mengawasi pergerakan sisa-sisa tentara Jepang, serta memiliki akses yang banyak untuk evakuasi jika terjadi sesuatu.

BACA JUGA:  Bawaslu RI Tangani 17 Laporan Dugaan Kecurangan Pemilu 2024

Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta beserta masing-masing keluarga mereka ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa yang bersimpati terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Orang tersebut bernama Djiaw Kie Siong, seorang petani yang telah menggarap tanahnya di sana sejak 1930-an. Sukarno menggambarkan bahwa rumah tersebut terletak di tengah kebun yang banyak babinya serta terpencil, sehingga lokasinya tidak begitu menarik perhatian.

Di sisi lain, di Jakarta, pada 16 Agustus 1945 itu seharusnya dilaksanakan rapat PPKI. Namun ketika Soekarno dan Hatta tidak kunjung muncul, anggota PPKI yang lain panik dan mulai mencari-cari.

Wikana, salah seorang tokoh golongan muda yang terlibat dalam penculikan Sukarno dan Hatta memberitahukan Ahmad Soebardjo yang juga salah satu anggota PPKI, apa yang telah terjadi dan di mana Soekarno dan Hatta ketika itu.

BACA JUGA:  Ambang Batas Pencalonan Kepala Daerah 2024 Putusan MK "Dianulir", Menutup Peluang PDIP di Batam?

Maka kemudian dimulailah kembali dialog antara golongan muda yang dipimpin oleh Wikana dengan golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo.

Kedua pihak akhirnya menyepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan paling lambat pada keesokan harinya, 17 Agustus 1945.

Lalu pada malam harinya Ahmad Soebardjo menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Malam itu juga, setelah Soekarno dan Hatta pulang sejenak ke rumah masing-masing.

Keduanya beserta rombongan kembali berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah teks proklamasi hingga pagi dini hari, keesokan harinya, Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 pagi, di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur, proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. (jpg)