Gerombolan Monyet Serbu Perumahan dan Badan Pangan Bergizi Polda Kepri, BBKSDA Riau Minta Tanyakan ke BP Batam

56

Batam, Posmetrobatam.co: Perubahan fungsi lahan menjadi penyebab kera atau monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) masuk ke kawasan permukiman warga di Batam.

“Monyet masuk ke permukiman itu pasti karena perubahan fungsi lahan,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Batam Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Tommy Steven Sinambela, di Batam, Jumat (12/9).

Keberadaan monyet ekor panjang terlihat di kompleks rumah dinas Polda Kepri, Kecamatan Nongsa, Segerombolan monyet berdatangan untuk mencari makan.

Primata tersebut masuk ke dalam pekarangan badan pangan bergizi milik Ditreskrimum Polda Kepri yang sudah ditutup dengan jaring.

Gerombolan kera itu berjalan dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya, serta berjalan di atas kabel listrik.
Kera-kera tersebut ada yang mendatangi tempat-tempat sampah kemudian mengambil sisa makanan yang ada, seperti di rumah dinas Ditreskrimum Polda Kepri.

BACA JUGA:  PT PLN Batam Raih Dua Penghargaan TOP GRC Awards 2023

Menurut Tommy, sejak 2024 pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Kepri terkait aktivitas monyet di perumahan dinas Korps Bhayangkara tersebut.

“Kami pernah melakukan dua kali evakuasi monyet yang masuk permukiman di Polda Kepri itu, terakhir empat ekor monyet kami evakuasi dan kami lepas liarkan ke Kawasan Konservasi Muka Kuning,” ujarnya.

Selain di Polda Kepri, kawasan permukiman yang kerap dimasuki oleh kawanan kera ini adalah Batam Center, yakni Batu Aji, Sukajadi, Taman Sari Hijau Kelurahan Tiban Baru dan Nongsa. Warga yang tinggal di permukiman itu kerap mengeluh dan resah saat didatangi gerombolan monyet.

“Kalau sudah datang, moyet-monyet itu berpencar ada yang mengobrak abrik sampah. Ada yang mengambil buah. Ada yang masuk ke teras rumah,” kata warga Taman Sari Hijau.

BACA JUGA:  BP Batam Sebut Tata Kelola Pelayanan Pertanahan Jadi Prioritas Demi Tingkatkan Nilai Investasi

Bahkan, gerombolan monyet liar itu bikin gaduh saat berlari di atas genteng dan asbes. Kadang warga melemparkan kaleng kosong, hingga monyet yang kaget berhamburan melarikan diri.

“Monyetnya besar-besar jika berlari di atas atap rumah suaranya bergemuruh,” ujarnya.

Bahkan sejak pada tahun 2022, BBKSDA menangani 15 kejadian interaksi negatif antara manusia dan monyet ekor panjang.

Sebagian besar terjadi di kawasan permukiman, terutama permukiman yang berbatasan dengan kawasan hutan, atau permukiman yang dulunya merupakan kawasan hutan.

“Kenapa monyet bisa masuk permukiman ini mungkin bisa ditanyakan kepada BP Batam yang berwenang menerbitkan HPL. Apakah saat pembangunan dilakukan kajian satwa liar yang melibatkan BBKSDA atau tidak,” kata Tommy.

BACA JUGA:  Kapolri Mutasi 18 Pejabat Utama Polda Kepri, Ada Nama Dirreskrim hingga Kapolresta

Dia menyebut, sesuai aturan seharusnya ketika kawasan hutan dijadikan kawasan pembangunan itu harus ada kajian keanekaragaman hayati, salah satunya satwa liar.

Menurut Tommy, wilayah Batam merupakan habitat dari kera atau monyet ekor panjang dan elang. Seperti di kawasan Nongsa, adanya perluasan pembangunan sehingga hutan banyak yang ditebang membuat satwa itu berkeliaran di luar kawasan hutan.

Dengan kondisi saat ini, kata dia, yang perlu dilakukan adalah prinsip hidup berdampingan dengan satwa tersebut dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan, seperti tidak membiasakan memberi makan, menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak menumpuk sampah di lingkungan.

“Tumpukan sampah itu memancing monyet ini untuk datang. Kalau di dekat rumah ada pohon buah, ya tentu jadi incaran. Intinya bagaimana hidup berdampingan saja,” ujarnya.(ant/red)