Metro Forum Bersama Suhadi, Anggota DPRD Kepri

Banyak suksesnya. Jadi pengusaha. Bosnya PT.Hi-Test: perusahaan yang bergerak di bidang mechanical testing laboratory. Bahkan ini perusahaan lab untuk parbrikasi di Batam yang kedua menyaingi perusahan milik pengusaha di Singapura. Pemilik Hi-test Arena. Terus, dia juga sukses sebagai Manajer membawa Timnas Basket, 2017 lalu membawa medali perak di Sea Games Kualalumpur, Malaysia. Yang terbaru ini, terpilih menjadi anggota DPRD Kepri, dari partai Nasdem. Suara terbanyak di partainya. Terbanyak ke lima se-Kepri.

Namanya, Suhadi. Tinggi badanya 182 cm. Sesuai dengan hobbinya, main basket. Kini berbagai pengalamannya sebagai pengusaha dan pembina atlet ini, akan kembali dibuktikan dengan menjadi wakil rakyat. Selasa (10/11) siang, pria kelahiran Dabo Singkep ini, meluangkan waktunya untuk berbagi pengalaman, bercerita di program rutin Metro Forum bersama Hostnya, Haryanto. Berikut petikan obrolannya:  

Sebagai orang Batam kami juga, masyarakat Batam pada umumnya ingin tahu siapa sebenarnya sosok Suhadi. Anggota DPRD Kepri yang baru saja dilantik, dari dapil Batam. Tidak mungkin tiba-tiba sosok ini muncul dengan kesuksesannya, pasti ada perjalanan menuju sukses?

Terimakasih pada Metro Forum yang sudah mengundang. Saya Suhadi, lahir di Dabo Singkep, 3 Mei 1971. Tapi, umur tiga bulan langsung pindah ke Batam.

Orang Tua pindah karena tugas?

Orang tua saya pindah kerja waktu itu. Dulu di Dabo di PT Timah. Masih jaya-jayanya di Dabo. Waktu itu Batam tahun 1971, dibuka sebagai pelabuhan bebas, dan banyak perusahan-perusahaan asing masuk ke sini. Mungkin dari situ lebih tertarik untuk bekerja di Batam. Ibarat orang di mana ada gula, pasti ada semut. Jadi tahun itu, kami sekeluarga pindah ke Batam.
Saya sekolahnya di SD Yos Sudarso, waktu itu saya baru angkatan ke tiga. Sekolahnya masih di Jodoh. Jadi sekolahnya sangat sederhana. Seingat saya, masih memanfaatkan Gereja. Ruang panjang disekat jadi tiga kelas. Lalu SMP di Yos Sudarso juga, sudah pindah di Nagoya. Kemudian lanjut ke SMAN 1 Batam, angkatan pertama. Sempat daftar di SMAN 1 Tanjungpinang. Tapi karena ada sekolah negeri pertama di Batam, jadi memilih di Batam. Sekolahnya belum punya gedung, masih numpang di SMP3 Sekupang. Setahun, pindah tapi belum ada kursi meja. Jadi belajar masih lesehan pakai alas koran. Kemudian melanjutkan kuliah di Malang. Jurusan teknik sipil. Tamat, pengen kerja di Bogor. Tapi orang tua suruh kerja di Batam, kerja di Pabrikasi, di PT Transalindo, kemudian pindah ke Profab. Sekitar enam tahun, sebagai Welding Enginer. Saya  mulai berkarir disitulah.
Waktu itu, sering melakukan uji lab kekuatan pipa di Singapura. Sering balak balik. Saat itu saya berpikir, kok kerja di lab lebih asik. Akhirnya saya pelajari terus, singkatnya. Saya buka sendiri di Batam PT Hi-Test, lab untuk pipa itu.

Berarti ini Lab untuk pabrikasi pertama di Batam?


Perusahaan saya yang kedua. Yang pertama ada juga perusahaan Singapura yang berdiri di Batam. Di situlah saya mulai berlajar wirausaha. Dan akhirnya 20 tahun alhamdulillah berkembang, sampai sekarang masih berjalan.

BACA JUGA:  Untuk Pemudik Akhir Tahun, PT Pelni Batam Sediakan 700 Tiket Gratis

Tapi yang  kami tahu ada juga Hi-Test Arena, milik Anda?


Iya, ceritanya itu kuliah dulu suka main basket. Kemudian pas jadi karyawan di Batam, sering main di Mukakuning. Kalau hujan bubar, karena outdoor. Setelah jadi pengusaha, saya kumpulkan uang, saya bikin lapaangan sendiri. Awalnya outdoor. Tapi pelan-pelan saya bangun Hitest Arena. Semua standar internasional. Kemudian saya, aktif di Basket, saya dipanggil Ke Jakarta untuk menjadi manajer Timnas Basket. Waktu itu tahun 2015, masih asisten manajer, 2016-2017 jadi manajer Timnas Basket.
Tugas paling berat, waktu itu, dapat perak seagames. Kalau dengan philipin. 2016 jadi manajer timnas basket university games. Waktu itulah dapat Emas. 2017 sebagai manajer timnas untuk seagames Kualalumpur. Di situ dapat poengalaman bagaimana memanage tim, berjalan sendiri cari sponsor. Akhirnya kita bisa latihan sampai ke Amerika, Eropa. Kemudian pulang, bertanding di Kualalumpur dapat Perak.

Tapi sempat pengurus juga di Perbasi?

Waktu itu 2015, sebagai pengurus sebagai wakil sekjen di pusat. Tapi bisnis tetap jalan. Karena saya ada kantor juga di Jakarta, jadi minimal sebulan tiga kali ke Jakarta, sekaligus kumpul kumunitas basket.

Di Hi-Test Arena bisa untuk apa saja?
Banyak, ada bisa tenis meja, sepak takraw, pencak silat, karate, dan sekarang juga ada lapangan badminton. Semua pakai AC. Dan semua lantainya standar internasional.

Lalu, sebagai pembina olahraga, pembisnis, terus nyempulng di dunia politik?


Sebenarnya waktu mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan, aktif di HMI, di Senat Mahasiswa. Waktu di HMI, waktu itu ketua KAHMI Akbar Tanjung waktu itu, kita tahu beliau sebagai politisi unggul, beliau bilang, mau terjun ke politik harus mapan dulu. Yang kedua, kalau mau merubah bangsa ini, tidak bisa hanya di luar sistem, harus masuk sistem. Ini yang saya ingat, ternyata pengetahuan ini yang menjadi dasar saya terjun ke politik.

Tapi, apa motivasi terjun ke politik?

Saya melihat, senang juga dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Saat belum terjun ke politik sering terjun kegiatan sosial. Waktu itu ada yang bilang, kalau saya cocok jadi anggota DPRD, tapi belum terpikir waktu itu. Lalu pernah ketemu Pak Walikota, HM Rudi. Sempat bercanda, kalau saya jadi anggota DPRD bagaimana? Beliau merespon, ya sudah maju saja lewat Nasdem, karena beliau kan sebagai ketua Nasdem Kepri. Lalu saya ikut, karena tinggal lama di Batam, mulai di Batam tak ada mobil, cuma ada truk truk, saya pengen juga saya putra daerah bisa bermanfaat bagi masyarakat Batam. Begitu niatnya.

Tapi kenapa ke Nasdem?

Saya kan melihatkan, Nasdem waktu itu sampai saat ini, partai yang baik. Karena saya baru, ada orang di dalam yang juga meyakinkan bahwa kita punya kemampuan. Saya lihat Nasdem tepatlah untuk saya.

Berarti pengaruh Pak Rudi?


Ya sebanarnya Pak Rudi lebih memberi jalan untuk itu.

Begini, kalau boleh sekarang saya tanya, kenapa Pak Rudi kalah di kandangnya, di Batam?


Kan Anda, pasti tahu. Sebagai kader Nasdem tahun situasi yang ada kemarin? Bagaimana analisa Anda?
Saya sebenarnya adalah Direktur Tim Saksi (untuk pasangan Rudi-Rafik dalam Pilgub Kepri 2024). Hari pertama dan kedua, saya mengolek saksi saksi di TPS, termasuk menghimpun suara di database kita. Kalau strategi saya tidak terlibat langsung. Tapi analisa saya ada tiga faktor, mungkin. Pertama, faktor intenal. Kita tahu semua, Nasdem yang kota mendukung Pak Amsakar. Tapi yang PDIP punya dukungan sendiri untuk Kota. Tapi di Gubernur, PDIP mendukung Nasdem. Jadi, internal kita, pemilih- pemilih itu jadi pecah. Secara fundamental tidak kuat.

BACA JUGA:  Metro Forum Bersama Bacawagub Kepri Nyanyang Haris Pratamura

Tapi apakah tidak tegak lurus. Ketua Nasdem di Batam Amsakar, di Provinsi Rudi. Inikan mestinya bisa tegak lurus, meski pun pengusungnya beda. Apakah tidak bisa liner seperti itu?

Kalau dari pusat mestinya seperti itu. Tapi tentunya ada historislah, saya melihat inilah salah satu faktor. Ada struktur kita, ada yang terturai. Ada faktor eksternal.

Sebenarnya kan bisa dianalisa sebelumnya. Apa waktu itu ada pemataan, soal kekuatan lawan seperti apa?

Sebenarnya sudah dilakukan survie, dan unggul. Hampir tiap tiga bulan sekali. Tapi, survie dengan apa yang ada di lapangan itu beda. Pertarungan pilkada itu, bagaimana ada teori membangun persepsi; perestasi, pengalaman. Tapi sekarang itu, lebih banyak, bagaimana cara menggerakkan pemilih untuk ke TPS untuk memilih kita. Lebih kuat, dari pada kita menyadari masyarakat ke TPS untuk memilih pemimpin yang baik. Jadi sekarang, abgaimana mengge3gerakkan masyarkat sebanyak banyaknya untuk datang ke TPS untuk memilih kita.
Kita lihat di Batam juga tingkat partisipasinya rendah. Dari sekitar 899 ribu DPT kemarin, yang datang ke TPS hanya sekitar 430 ribu orang yang datang. Artinya ada setengah juta orang yang tidak datang, setengah juta orang tidak memilih.  Itu perlu kajian, kenapa tingkat pertisipasi masyarakat kurang.
Yang ketiga faktor alam juga. Hujan saya lihat luar biasa waktu itu. Waktu untuk milih dari jam tujuh ke jam satu. Mungkin orang mau datang mulai jam sepuluh, saat itu lebatnya di jam itu. Terus akibatnya, tidak datang yang suaranya yang harusnya memilih pak Rudi ya terhenti.

Ada faktor lain, seperti moneypolitik, bansos atau yang  lain?

Jujur saja, kita dengar. Tapi yang seperti itu kan harus ada pembuktian.

Jadi direktur saksi tidak menemukan adanya indikasi ini?

Ya kami dengan kesibukan mengurus 3.300 orang, sudah ada timnya. Jadi mungkin yang tahu dari tim yang lain.

Ada rencana gugat ke MK?

Saya belum mendapatkan informasi tentang itu.

Setelah ada hasil, pernah jumpa Pak Rudi?
Ya tentu ada pernah ketemu.

Seperti apa tanggapan Pak Rudi, setelah melihat hasil perhitungan ini?

Biasa saja. Karena mungkin basic beliau dari kepolisian, beliau tegar saja.

Apa mesin partai bekerja, waktu itu?
Ya partai untuk provinsi sangat bekerja, karena domain kita provinsi.

Sekarang berhubungan dengan tugas Anda di komisi 2, DPRD Kepri. Seperti apa langkah kongkrit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana mengurangi penganggurann, Perekonomian?

Pertama kita baru saja mengesahkan APBD 2025, itu sekitar Rp3,81 triliun. Dengan struktur itu, memang agak sulit untuk bergerak dari sisi pembangunan infratruktur untuk meningkatkan atau mengurangi penganguran. Jadi perlu ada terobosan yang besar sekali. Jangan ada kesenjangan untuk pembangunan di Kepri. Kalau saya lihat sekarang masih ada kesenjangan. Penganguran itu bisa dikurangi dengan membuka lapangan kerja. Lapangan kerja dibuka saat ada kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi karena ada usaha. Tentu saja bicara soal apa yang diprofuksi. Kalau semakin banyak tempat usaha, semakin banyak membutuhkan tenaga kerja. Langkahnya memang harus membuka lapangan kerja sebesar besarnya. Dengan cara sedikit merubah regulasi, melakukan berbagai terobosan, meningkatkan investasi, memeberikan kenyamanan pada investasi. Karena kalau dibuat pabrik, akan membutuhkan tenaga kerja paling tidak tiga ratus-empat ratus orang. Tapi kalau cuma kuliner, ya banyak, tapi untuk tidak banyak meneyerap tenaga kerja. Tapi kalau pabrik, selain banyak yang dipekerjakan, tentu akan banyak perputaran uang. Efeknya akan berpengaruh pada aktifitas ekonomi.

BACA JUGA:  300 PMI Ilegal dari Malaysia akan Dideportasi, Sebelumnya 2.440 Orang Dipulangkan Via Kepri dan Riau

Tapi yang terlihat, yang ditingkatkan sektor pariwisata?

Kalau  Batam, ya harus ada yang menarik. Beda dengan Bali. Lihat pantai dan budayanya orang tertarik. Kalau di Batam, sebenarnya tidak ada. Tidak bisa secara alami, seperti Labuhan Bajo, Raja Ampat, Bali. Kalau Batam lebih pada sifatnya pariwiwsata rumah sakit, pusat bisnis. Menurut saya sih tetap perlu adanya terobosan.

Kalau Anda lihat, pemimpin daerah kita nanti, seperti apa? Hampir empat triliun saja menurut Anda belum cukup untuk memajukan Kepri? Jadi pemimpin yang sekarang, bisa tidak menghasilkan lebih dari itu?

Memang untuk PAD itu masih kebanyakan dari pajak kendaraan bermotor. Perlu adanya kreatifitas, seperti BUMD supaya PAD meningkat. Ada istilahnya PI. Untuk daerah penghasilan minyak dan gas. K3S kontrak kerja sama yang mengelola ladang minyak dan gas, pemerintah bisa join maksimum 10 persen. Kalau itu bisa dilakukan, kalau itu ada keuntungan ada pembagian deviden, bisa dapat maksimum 10 persen juga. Dan itu perlu keberaniaan juga untuk pemimpin ke depan. Kalau hanya mengandalkan pajak kendaraan, ya hanya berdasarkan pertumbuhan kendaraan, akan berefek pada jalan juga karena macet.

Apa pandangan Anda, soal pelestarian budaya di Batam?

Saya diamanatkan khususnya karena juga orang Kalimantan. Harus menjaga keberlangsungan budaya di Kepri khususnya dari Kalimantan. Kalau saya lihat kita juga ada LAM dan sudah berjalan baik. Sebagai orang bisnis saya juga berpikir ya harus diekploitasi. Kita tampilkan. Agen-agen pariwiswata harus diundangan dan menyaksikan ini.
Dari kehidupan sehari-hari budaya Melayu sudah kita lihat dilestarikan. Dan berjalan selama ini.

Harus ada terobosan, seperti potensi laut kita yang 96 persen?

Kepri itu, kepulauan. Kalau regulasinya wilayah kita hanya bisa dikelola 0 sampai 12 mil, itu cocoknya cuma dibilang provinsi pulau-pulau saja, bukan kepulauan. Itu juga yang salah satu yang bisa dieksploitasi, meski yang  nol sampai 12 mil itu juga belum bisa banyak bergerak. Karena nomenklaturnya juga tidak ada.(nur syahrullah)   

Saksikan selengkapnya di YouTube Posmetro Batam chanel