Pinang, Posmetrobatam.co: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) triwulan III-2025 menjadi yang tertinggi pertama se-Pulau Sumatera dan peringkat ketiga tingkat nasional. Namun, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kepri meroket.
Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati mengatakan, perekonomian triwulan III-2025 tumbuh sebesar 7,48 persen, atau meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01 persen secara tahunan (year on year/yoy).
“Dari sepuluh provinsi di Sumatera, perekonomian Kepri peringkat pertama, lalu disusul Sumsel 5,20 persen dan Lampung 5,04 persen. Secara nasional, Maluku Utara tertinggi 39,1 persen, kemudian Sulawesi Tengah 7,95 persen, dan Kepri peringkat ketiga 7,48 persen,” kata Margaretha, Rabu (5/11).
Margaretha menjelaskan, perekonomian Kepri triwulan III-2025 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp94,59 triliun, dan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp55,68 triliun.
Capaian ini, menurut dia, menandakan pertumbuhan ekonomi Kepri saat ini masih tetap tumbuh dan terjaga.
Ia menyebut struktur ekonomi Kepri pada triwulan III masih didominasi oleh industri pengolahan (40,54 persen), lalu konstruksi (19,70 persen), dan pertambangan dan penggalian (11,06 persen).
Lanjutnya ia menjelaskan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi triwulan ini didorong kategori industri pengolahan yang memiliki andil pertumbuhan sebesar 2,80 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mempunyai andil pertumbuhan sebesar 3,75 persen dan komponen net ekspor dengan andil sebesar 2,46 persen.
“Dari sisi produksi, perekonomian Kepri ditopang kategori pertambangan dan penggalian dengan andil pertumbuhan terbesar sebesar 1,30 persen,” jelasnya.
Margaretha turut menambahkan, aktivitas produksi yang tetap kuat turut menopang perekonomian Kepri triwulan III-2025, antara lain peningkatan flow perdagangan, seperti peningkatan pembelian kendaraan bermotor baru dan peningkatan kerja peti kemas pelabuhan Batam dengan penambahan rute direct call Batam-Myanmar.
Lalu, peningkatan aktivitas produksi dari sisi realisasi pengadaan semen, penjualan listrik serta produksi minyak bumi tumbuh positif.
Selain itu, terjadi peningkatan mobilitas masyarakat yang ditandai meningkatnya jumlah penumpang pada angkutan laut sebesar 7,51 persen (yoy), dan kedatangan wisatawan mancanegara naik 0,08 persen secara kuartalan (qtq).
Terakhir, aktivitas pemerintah melalui realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) triwulan III-2025 untuk belanja barang dan jasa naik 16,97 persen.
“Realisasi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kepri triwulan III-2025, melalui belanja pegawai juga naik 2,61 persen, belanja bansos naik 85,76 persen, dan belanja modal naik 90,13 persen (qtq),” paparnya.
Sementara itu, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kepri menempati posisi kedua tertinggi secara nasional, yakni 6,89 persen, setelah Papua.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad mengatakan, TPT di Provinsi Kepri dipengaruhi oleh tingginya arus masuk pencari kerja dari luar daerah.
Menurutnya, Kepri memiliki berbagai keunggulan strategis yang menjadi daya tarik nasional maupun internasional. Selain letak geografisnya yang strategis di jalur pelayaran internasional, pemerintah pusat juga memberikan berbagai perlakuan khusus bagi Kepri, seperti penetapan wilayah perdagangan bebas (FTZ) di beberapa kawasan, antara lain Batam, Bintan, dan Karimun.
“Khusus Batam, seluruh wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan FTZ. Kondisi ini menjadikan Batam sebagai magnet kuat bagi para investor untuk menanamkan modalnya, sekaligus menjadi daya tarik besar bagi para pencari kerja dari berbagai provinsi di Indonesia,” kata Gubernur Ansar, Minggu (12/10).
Namun, kata Gubernur, derasnya arus masuk tenaga kerja dari luar daerah tidak sepenuhnya membawa dampak positif.
Banyak di antara pencari kerja yang ternyata belum memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri di Kepri, yang kemudian secara langsung mempengaruhi angka TPT di provinsi ini.
“Akibatnya, hal ini berpengaruh besar terhadap angka TPT Kepri,” ujarnya.
Gubernur Ansar berharap adanya pengaturan khusus bagi para pendatang yang ingin mencari kerja di Kepri, sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dapat berjalan seimbang dengan ketersediaan tenaga kerja yang kompeten.
“Tujuannya bukan untuk membatasi, tapi memastikan mereka yang datang benar-benar siap bersaing di dunia kerja,” ucap Ansar.(ant/red)







