“Halo, gimana kabar kamu?” menjadi awal obrolan yang bagus. Namun seringkali, itu diakhiri dengan ‘baik!’ dan kemudian kamu secara mental mencari topik untuk dibicarakan dengan orang tersebut.
Situasi yang lebih buruk lagi ketika obrolan terhenti karena perbedaan pendapat. Solusinya terletak pada mengetahui trik melakukan percakapan sehat dengan melepaskan diri dari kebiasaan percakapan buruk.
Dikutip JawaPos.com dari Healthshots, Senin (4/3), terdapat 8 kebiasaan buruk yang harus segera dihentikan saat berbicara dengan orang lain demi mencapai komunikasi sehat. Apa saja?
Bersiap dengan tanggapan
Penting untuk mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan seseorang tanpa membentuk pandangan dan opini kita.
“Seringkali, agar terdengar cerdas, kita dengan cepat menyampaikan penilaian kita terhadap situasi seseorang alias sok tahu dan hal ini sering kali membuat mereka merasa lengah. Mereka bahkan mungkin mundur dan tidak menceritakan sisa masalahnya,” kata psikolog Anu Goel.
Memotong pembicaraan orang lain
Mendobrak alur pemikiran seseorang, untuk mengungkapkan sudut pandang kita jadi cara yang agak kasar dalam melakukan percakapan. Bahkan bisa mengakhiri percakapan dengan nada buruk.
“Kita sering tidak menyadari betapa kita mengganggu orang lain. Kita mungkin mengira hanya sekali atau dua kali, namun sebenarnya bisa lebih dari itu. Hal ini bisa berdampak pada kepercayaan dan rasa hormat dalam suatu hubungan,” ungkap Goel.
Sangat penting untuk berhenti sejenak selama satu atau dua menit setelah orang tersebut selesai berbicara untuk melanjutkan percakapan dengan cerita dari sisi pendengar.
Tidak berhenti sejenak saat berbicara
Banyak hal yang ingin kita katakan sehingga sering kali kita tidak memberikan waktu bagi orang lain untuk menanggapi apa yang kita katakan.
“Percakapan lebih tentang terlibat dengan orang lain, bukan sekedar mengatakan apa yang kita rasakan. Jadi, sangat penting bagi kita untuk berbicara dengan kecepatan yang membuat orang lain dapat memahami apa yang kita katakan dan juga memiliki kesempatan untuk melakukan intervensi dan merespons,” jelas Goel.
Berusaha untuk selalu benar
“Apa aku bilang” adalah fase yang harus dihindari dalam sebuah percakapan. Fase ini sering kali menyebabkan orang lain merasa tidak suka dan mengakhiri percakapan.
“Tidak selalu harus tentang argumen yang menang. Sangatlah penting untuk memberikan nasihat konstruktif hanya ketika diminta. Orang lain harus mempunyai ruang untuk didengarkan dalam percakapan,” kata Goel.
Obrolan tumpang tindih
Kamu tidak selalu bisa mengalami hari terburuk atau pengalaman terbaik. Ketika kita mulai bersaing dengan lawan bicara, kita membicarakan bagaimana hari kita lebih buruk daripada hari mereka alias adu nasib, hal ini sering kali berujung pada pertengkaran, bukan percakapan yang sehat.
Bereaksi seketika
Sangat penting bagi seseorang untuk mendengarkan percakapan dan kemudian memberikan jawabannya.
“Kamu harus berkonsentrasi tidak hanya untuk mendengarkan, tetapi juga memahami apa yang dikatakan orang lain, dari mana dia berasal, keadaan pikirannya, dan berikan tanggapan. Bereaksi secara instan terhadap suatu pernyataan tidak pernah membawa manfaat apa pun,” jelas Goel.
Mengabaikan reaksi orang lain
Mungkin ada saatnya orang lain tidak bereaksi seperti yang kita pikirkan. Mereka mungkin tersinggung dengan apa yang kamu katakan atau mungkin apa yang kamu katakan membuat mereka tidak nyaman atau bahkan sedih.
“Kamu harus bisa memperhatikan isyarat orang tersebut. Respons kamu harus sesuai dengan reaksi seseorang dan bicaralah sesuai dengan itu,” papar Goel.
Berbohong saat mengobrol
Kita mungkin mendapati diri kita memberikan nasihat tentang hal-hal yang tidak kita ketahui.
“Mengakui tidak mengetahui sesuatu itu sangat penting. Kalau kamu tidak mengetahui sesuatu, katakan kamu tidak mengetahuinya. Ini tidak membuat kamu payah, tapi setidaknya kamu bisa menjawab dengan benar,” kata Goel.(jpg)