Posmetrobatam.co: Penataan Pulau Penyengat masih menjadi salah satu prioritas utama Gubernur Kepri Ansar Ahmad dalam rangka merubah wajah ibukota Provinsi. Melalui APBN 2025, ada 3 (tiga) prioritas utama yang digesa yakni penyelesaian penanganan ruas jalan, penataan Plaza Penyambut (Area Depan Masjid), dan Penataan Balai Adat.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Ansar saat memimpin Rapat bersama Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kepri Fasri Bachmid di Gedung Daerah Provinsi Kepri, Senin (2/12). Hadir juga dalam rapat tersebut Asisten Ekonomi Pembangunan Luki Zaiman Prawira, jajaran Kepala OPD Teknis Pemprov Kepri dan BPPW Kepri.
Gubernur Ansar mengatakan, penyelesaian penanganan ruas jalan saat ini lebih tinggi urgensi nya dari pada penataan Benteng Bukit Kursi. Sebab, upaya tersebut akan memudahkan integrasi antar wilayah di Pulau Penyengat. Menurutnya saat ini ada beberapa ruas jalan di Pulau Penyengat yang masih harus ditangani, contohnya jalan dari Makam Raja Haji Fisabilillah, dan jalan lama dari Balai Adat.
“Saya kira kita sepakat, kalau diberi pilihan daripada kita menata Bukit kursi, mungkin lebih baik kita menyelesaikan dulu ruas jalan-jalan yang lain yang masih jelek supaya wilayah-wilayah bisa dijangkau masyarakat dan wisatawan dengan mudah” ujarnya.
Kemudian prioritas selanjutnya adalah penataan Plaza Penyambut yang berlokasi di depan Masjid Raya Sultan Riau (saat ini lokasi panggung balai kelurahan penyengat). Lokasi tersebut direncanakan akan ditata sebagai upaya optimalisasi ruang terbuka di depan Kelurahan untuk menjadi welcoming area kawasan wisata Pulau Penyengat.
Rencana penataan terdiri dari Plasa Penyambut, Tribun Pengunjung, Pohon Peneduh, Toilet Pengunjung, Toko Souvenir, dan Parkir Bentrik (Becak Motor Listrik). Menurut Gubernur, saat ini di belakang panggung eksisting, ada lahan yang cukup luas dan akan dihibahkan oleh pemiliknya.
“Maka kita cek bersama-sama, panggung kita mundurkan ke belakang, dan belakangnya yang kosong itu sebagian bisa kita manfaatkan untuk parkir dan charging Bentrik” tambahnya.
Terakhir, Penataan Balai Adat yang menurut Gubernur Ansar menjadi ‘Final Destination’ para pengunjung di Pulau Penyengat, harus ditata dan dipercantik. Rencana penataan terdiri dari sungken tribun pengunjung, stage dengan latar belakang Balai Adat, penataan perigi, pohon peneduh, dan bangunan souvenir.
Untuk semua itu, Gubernur Ansar berpesan agar semua yang harus dipenuhi agar diselesaikan bersama dari saat ini dengan kerja sama dan koordinasi yang baik antara OPD teknis Pemprov dengan BPPW Kepri.
“Kalau ada dokumen-dokumen yang kurang, mohon diinfo saja, sayang kalau program-program kita gagal karena persoalan administrasi” pesannya.
Sementara itu Kepala BPPW Kepri Fasri Bachmid menyampaikan secara pribadi optimis program-program tersebut dapat diakomodir dengan porsi dari APBN walau saat ini belum bisa menyampaikan nominal APBN 2025.
“Sekarang sejauh mana kesiapan grand design kita. saya setuju dengan yang bapak Gubernur sampaikan tadi bahwa kalau alokasinya terbatas maka saya setuju kita selesaikan terhadap akses Pulau itu sendiri jadi nanti saya yang sampaikan langsung hal itu ke pimpinan. Saya akan meminta bahwa akses jalan kita ini diprioritas di luar Balai Adatnya” ungkap Fasri.
Rapat juga membahas rencana penataan Kawasan Gurindam 12 lanjutan, khususnya space untuk bangunan Branded yang berlokasi di sebelah Gedung Dekranasda. Pembahasan dipimpin Asisten Ekonomi Pembangunan Luki Zaiman Prawira.
“Kita sudah dapat gambaran bentuk pemanfaatan BMD. Pemanfaatan BMD khususnya aset dalam hal ini tanah dapat dilakukan langsung oleh Pemprov Kepri kepada pihak ketiga melalui metode lelang untuk itu kita perlu membentuk tim kajian” ujarnya.
Gubernur Ansar dalam hal ini berpesan untuk mencari cara yang paling mudah dan cepat namun tidak melanggar aturan. Serta segera susun jadwal kerja agar dapat dikontrol.
“Target kira akhir februari sudah mulai bisa dikerjakan, sehingga kerja kita simultan” tutupnya. (ron)